bismillahirrahmanirrahim

dimulakan dengan bismillah

Wednesday, July 7, 2010

believe

Hidden beneathe the ground
Is the spring that feeds the creek
Invisible as the wind
That you feel upon your cheek

And every breeze that wispers
Reminds us constantly
Sometimes wahats real
Is something you can't see

Believe in all that can be
A miracle starts when ever you dream
Believe and sing from your heart
You'll see
Your song will hold the key



ost barbie and diamond castle...

two voices

It's so rare to find a friend like you
Somehow when you're around the sky is always blue
The way we talk
The things you say
The way you make it all ok
And how you know
All of my jokes
But you laugh anyway...

If I could wish for one thing
I take the smile that you bring
Wherever you go in this world I'll come along
Together we dream the same dream
Forever I'm here for you, you're here for me
Oh ooh oh
Two voices, one song

Now every day is something new
And any path we take I'm looking forward too
The way we try and never quit
The way that all the pieces fit
The way we know the parts by heart
And sing out loud

If I could wish for one thing
I take the smile that you bring
Wherever you go in this world I'll come along
Together we dream the same dream
Forever I'm here for you, you're here for me
Oh ooh oh two voices one song

And anywhere you are you know I'll be around
And when you call my name I'll listen for the sound

If I could wish for one thing
I take the smile that you bring
Wherever you go in this world I'll come along
Together we dream the same dream
Forever I'm here for you, you're here for me
Oh ooh oh two voices one song
If I could wish for one thing
I take the smile that you bring
With you by my side I can go on
Now I have all that I need
And the sweetest sound will always be
Oh ooh oh two voices one song
Oh ooh oh two voices one song
Oh ooh oh two voices one song

ost barbie and diamond castle...

Tuesday, July 6, 2010

~Jika ku tak memilikimu.....~

Salman Al Farisi memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat. Dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.

Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.

”Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abu Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.

”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.

”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.

”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”

Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.

”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”

Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih, merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan ’merasa dikhianati’-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah, dan seterusnya. Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.

Sergapan rasa memiliki terkadang sangat memabukkan.. Rasa memiliki seringkali membawa kelalaian. Kata orang Jawa, ”Milik nggendhong lali”. Maka menjadi seorang manusia yang hakikatnya hamba adalah belajar untuk menikmati sesuatu yang bukan milik kita, sekaligus mempertahankan kesadaran bahwa kita hanya dipinjami. Inilah sulitnya. Tak seperti seorang tukang parkir yang hanya dititipi, kita diberi bekal oleh Allah untuk mengayakan nilai guna karuniaNya. Maka rasa memiliki kadang menjadi sulit ditepis.

Sumber: Salim A Fillah. Jalan Cinta Para Pejuang. 2008. Yogyakarta: Pro-U Media.
CoPas dari FB temen(menarik)

Monday, July 5, 2010

hidup adalah bagaimana kita menentukan pilihan

hidup itu adalah bagaimana kita menentukan pilihan. seringkali kita dihadapkan pada dua pilihan yang keduanya tidak memiliki keuntungan sama sekali. tetapi kita tetap harus memilih salah satu diantaranya, dengan berbagai konsekuensi dan resiko yang mungkin terjadi setelah kita memilihnya, karena memang itulah hidup...(nasihat ayahku beberapa tahun yang lalu)

bukan sebuah hal yang mendadak atau tiba-tiba datang, yang mengharuskan aku untuk segera memutuskan akan memilih pilihan yang mana. sama sekali bukan mendadak, karena pilihan itu sudah hadir sejak beberapa bulan sebelum akhirnya kembali ditawarkan padaku. namun sejak ditawarkan pertama kali, hati terasa sudah menolak dan memilih untuk berkata tidak pada pilihan yang ditawarkan itu..singkat, tanpa melalui pertimbangan-pertimbangan rumit yang melibatkan logika dan hati secra bersamaan pada kadar yang harus seimbang.

aku kira jawaban "tidak" ku sudah cukup mewakili apa yang ingin aku sampaikan kepad aorang-orang mengenai orientasi hidupku, bahwa pilihan yang ditawarkan itu memang menjadi impian dan cita-citaku, tapi dalam rencana hidup yang sudah aku susun, waktunya adalah nanti, bukan saat ini...saat aku tengah merasa sedang begitu bersemangat untuk mencicipi sedikit rasa di dunia "lain" yang dulu hanya bisa aku pelajari lewat aktivitas ayahku.

ternyata, beberapa hari kemarin, tawaran itu datang lagi, dari sumber yang sama. tawaran yang akhirnya membuat aku berfikir bahwa tawaran ini ternyata tidak bisa aku tolak begitu saja tanpa pertimbangan. "sekolah itu tidak ada ruginy..."
kalimat itu yang terngiang-ngiang di telingaku, yang semakin membuatku mempertimbangkan segala kemungkinan untuk kembali ke bangku kuliah, sekolah lagi, dan kali ini dengan kesempatan yang lebih indah, yaitu sekolah tanpa biaya ..."BEASISWA"

aku kembali menegaskan, bahwa akus udah punya rencana hidup, dan targetku untuk sekolah lagi bukanlah tahun ini. dengan segala kerencahan hati, aku tidak bermaksud untuk menolak sama sekali. aku hanya ingin berusaha menjalani apa yang sudah aku susun dalam sebuah kerangka "rencana hidup".

aku semakin terpancing untuk bertanya-tanya, apakah rencana yang aku susun memang sesuai dengan apa yang ALLAH kehendaki untuk aku?apakah aku terlalu lancang dengan membuat rencana hidup yang dengan "keukeuh" aku pertahankan...?

kesempatan itu kini memang datang, tanpa perlu aku bersusah payah menciptakan peluang...namun aku tetap ingin bertahan pada pendirianku, yang membuat aku merasa sangat tidak bersyukur.

d tengah segala kegalauan dan kebimbangan, rasanya aku butuh bertanya, tentang pilihan-pilihan hidupku, tentang rencana hidupku, tentang betapa aku merasa sok tau dengan begitu kuatnya aku mempertahankan apa yang aku rencanakan.

aku mengetikkan kalimat pertanyaan dalam bentuk pesan singkat, dan aku kirimkan ke beberapa sahabat yang aku rasa bisa membantu aku untuk paling tidak menguatkan pendirianku...yang aku sadarai ternyata aku memutuskannya tanpa proses istikharah serta komunikasi panjang dengan ALLAH,,,astaghfirullah....

pesan singkatku:
"dear esia, gmn caranya supaya kita tw bahwa sebuah keputusan yang kita ambil adalah yang terbaik menurut ALLAH, bukan semata atas dasar pertimbangan naluriah kita sebagai manusia?"

dari beberapa sahabat esia yang aku kirim, beberapa menjawab dengan jawaban yang hampir sama....T.T

pikirkan manfaatnya, hikmahnya...cari sebanyak-banyaknya. jangan berandai-andai, disyukuri. itu bs membwt qt khusnudzon sm ALLAH (0857405015XX)

mintalah fatwa pd hatimu yang bersih. sesuatu yang membawa kita pada ketenangan hati ketika melakukannya. ditambah dengan istikharah kita,,insyaALLAH Dia akan membukakan jalan (0857435855XX)

lewat message fb dia kirim beberapa paragraf sbg jawaban atas pertanyaanku...(0818037116XX)

aku pun mengirim pesan tsb kpd murabbiku tercinta: "dear murabbiku, gmn caranya supaya kita tw bahwa sebuah keputusan yang kita ambil adalah yang terbaik menurut ALLAH, bukan semata atas dasar pertimbangan naluriah kita sebagai manusia?"

murabbiku: jawabannya ada di hadits arbain.

"Rasulullah menasehatkan: "Mintalah fatwa dari hatimu. Kebaikan itu adalah apa- apa yang tenteram jiwa padanya dan tenteram pula dalam hati. Dan dosa itu adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya."

seorang sahabat yang lain membalas pesanku:
"ketika kita mengambilnya, dengan penuh keyakinan, dan sebelumnya sudah pernah berdialog dengan ALLAH tentang itu...maka baik atau buruknya nanti, tetep itu yang terbaik. krn ALLAH tdk pernah menyia2nyiakan doa hamba-hambaNya..." (0856402696XX)

hhh....entahlah, aku hanya bisa menarik kesimpulan bahwa aku perlu menata ulang hidup dan memperbaiki caraku berkomunikasi dan berdialog dengan ALLAH....